Bila Ibadah Dihantui Perasaan Riya’

Wednesday, July 04, 2012


Assalamu’alaykum wr wb
Sumber: voa-islam
Memang seharusnya setiap muslim takut dan khawatir terhadap riya’. Yaitu niatan dalam beramal shalih agar dilihat dan diperhatikan manusia sehingga mereka memujinya. Riya’ ini akan merusak dan menghancurkan amal shalih yang dikerjakan, sehingga amal tersebut akan tertolak. Dan jika amal ibadah tertolak karena riya’, maka seolah-olah dia tidak melaksanakan perintah ibadah tersebut. Karena Allah Ta’ala memerintahkan beribadah kepada-Nya dengan keikhlasan. Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman,
” Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama dengan lurus .” (QS. Al-Bayyinah: 5)
Penyakit ini termasuk jenis penyakit yang sangat berbahaya karena bersifat lembut (samar-samar) tapi berdampak luar biasa. Bersifat lembut karena masuk dalam hati secara halus sehingga kebanyakan orang tak merasa kalau telah terserang penyakit ini. Dan berdampak luar biasa, karena bila suatu amalan dijangkiti penyakit riya’ maka amalan itu tidak akan diterima oleh Allah Subhanahu wa Ta’ala dan pelakunya mendapat ancaman keras dari-Nya. Oleh karena itu Nabi Shallallahu ‘Alaihi Wasallam sangat khawatir bila penyakit ini menimpa umatnya. Beliau Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
” Sesungguhnya yang paling ditakutkan dari apa yang saya takutkan menimpa kalian adalah asy syirkul ashghar (syirik kecil), maka para shahabat bertanya, apa yang dimaksud dengan asy syirkul ashghar? Beliau shalallahu‘alaihi wasallam menjawab: “Ar Riya’. ” (HR. Ahmad dari shahabat Mahmud bin Labid no. 27742)
Diriwayatkan dari Abu Said Radhiyallahu ‘Anhu , Rasulullah Shallallahu ‘Alaihi Wasallam bersabda:
“Maukah aku beritahukan kepada kalian tentang sesuatu yang lebih aku takutkan atas kalian daripada al-Masih al-Dajjal?” Para sahabat menjawab, “Baiklah, Ya Rasulallah.” Beliau bersabda:
” Yaitu Syirik Khafi (samar), seseorang berdiri shalat lalu memperbagus shalatnya karena tahu ada seseorang yang memperhatikannya. ” (HR. Ibnu Majah dan Ahmad. Dishahihkan al-Albani dalam al-Misykah, no. 4194)

No comments:

Post a Comment